Pagar Laut di Tangerang, Tak Dapat Cegah Abrasi Pemecah Ombak Dan Tsunami

Avatar photo
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menegaskan pagar laut sepanjang 30,16 kilometer di perairan Kabupaten Tangerang, Banten.

Sementara itu, Koordinator Jaringan Rakyat Pantura (JRP) Sandi Martapraja mengatakan pagar bambu sepanjang 30,16 kilometer yang terbentang di laut pantai utara dibangun sebagai mitigasi bencana tsunami dan abrasi. Pagar tersebut dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat untuk mitigasi bencana tsunami dan abrasi.

“Pagar laut yang membentang di pesisir utara Kabupaten Tangerang ini sengaja dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Ini dilakukan untuk mencegah abrasi,” ujarnya dilansir Antara.   Menurutnya, tanggul laut dengan struktur fisik yang memiliki fungsi cukup penting dalam menahan terjadinya potensi bencana seperti abrasi.

Pertama, mengurangi dampak gelombang besar, melindungi wilayah pesisir dari ombak tinggi yang dapat mengikis pantai dan merusak infrastruktur.

“Kedua, mencegah abrasi, mencegah pengikisan tanah di wilayah pantai yang dapat merugikan ekosistem dan permukiman. Kemudian mitigasi ancaman tsunami, meski tidak bisa sepenuhnya menahan tsunami,” katanya.

Dia menilai apabila kondisi tanggul laut yang baik, maka area sekitar pagar bambu dan di sekitarnya dapat dimanfaatkan sebagai tambak ikan. Hal ini memberikan peluang ekonomi baru dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

“Tambak ikan di dekat tanggul juga dapat dikelola secara berkelanjutan untuk menjaga ekosistem tetap seimbang. Tanggul-tanggul ini dibangun oleh inisiatif masyarakat setempat yang peduli terhadap ancaman kerusakan lingkungan,” ucapnya.

Nelayan JRP Holid menuturkan pembangunan tanggul bambu ditujukan untuk memudahkan menangkap ikan, maupun budidaya kerang hijau serta memecah ombak. “Alhamdulillah jadi penghasilan tambahan para nelayan,” tuturnya.