Lampung,SPN – Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menyoroti penting nya kolaborasi lintas sektor antisipasi bencana gempa.. Ujar Wamen Diana usai menghadiri Orasi Olmiah Guru Beaar, Institut Teknologi Sumatera ( ITERA).
Orasi Ilmiah Guru Besar ITERA disampaikan Profesor Harkunti Pertiwi Rahayu dan Profesor Ibnu Syabri yang dikenal atas kontribusinya dalam bidang kebencanaan dan tata ruang juga dihadiri Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Dalam sambutannya Wamen Diana mengapresiasi orasi kedua guru besar tersebut. “Pengukuhan ini tentu bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga menggambarkan kontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan, dan tentunya pembangunan bangsa,“ kata Wamen Diana.
Ditegaskan Wamen Diana bahwa dengan adanya dua profesor ini kita bisa benar-benar mempersiapkan diri kita ketika terjadi bencana sehingga mengurangi jumlah korban, semacam antisipasi dan mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana gempa.
Menurut Wamen Diana, Indonesia harus senantiasa mewaspadai kondisi dari posisinya yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik yang dikenal rawan terhadap gempa bumi besar. Tidak seperti bencana lain, gempa bumi tidak dapat diprediksi dan bisa terjadi kapan saja.
“Seperti tadi disampaikan oleh Profesor Harkunti bagaimana kita hidup berdampingan dengan risiko serta dampak bencana seperti gempa bumi,” ujar Wamen Diana.
Kerusakan akibat gempa bisa berupa keruntuhan bangunan, pergeseran tanah, longsor, hingga deformasi struktur. Dari semua risiko tersebut, kerusakan bangunan adalah yang paling mungkin dikendalikan. Pengendaliannya dilakukan melalui penerapan desain bangunan tahan gempa yang sesuai standar.
“Saya sangat sependapat dengan pernyataan Profesor Harkunti dan Profesor Ibnu Syabri bahwa tata guna lahan dan rencana tata ruang memiliki peran penting dalam mendorong penerapan standar bangunan tahan gempa yang dapat diwujudkan melalui Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan penerapan building code yang konsisten,” tambah Wamen Diana.
Wamen Diana menjelaskan upaya peningkatan ketahanan gempa mencakup penerapan rekayasa struktural berbasis SNI terbaru. Retrofitting juga diperlukan untuk bangunan lama yang belum memenuhi standar ketahanan gempa saat ini. Dibutuhkan juga sistem manajemen bencana preventif berbasis data, teknologi dan regulasi terkini. Hal ini tentunya membutuhkan kolaborasi lintas sektor meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta dan masyarakat.