Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda : Penyair Tak Jujur dan Integritas Moral Rendah, Bila Gunakan Teknologi AI Bisa Terjadi Plagiarisme

Avatar photo

JAKARTA– Sampai hari ini belum ada dikeluarkan pedoman atau semacam kode etik proses kreatif menulis karya sastra mempergunakan teknologi kecerdasan buatan atau AI ( Artificial Intelligence).

” Belum ada. Kita tidak tahu siapa, atau lembaga apa, yang berwenang mengesahkan pedoman proses kreatif menulis karya sastra mempergunakan teknologi AI,” ujar Penyair dan Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda dalam wawancara khusus dengan sinarpagi.news  di Jakarta, Jumat  (31/1/2025).

” Kalau karya jurnalistik sudah dikeluarkan oleh Dewan Pers didukung Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI pekan lalu.Bidang sastra sampai hari ini tak ada,” katanya lagi.

Sementara Ketua Komite Simpul  Simpul Seni Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Imam Ma’arif juga mengakui sampai hari ini belum ada pedoman tertulis proses kreatif menulis karya sastra mempergunakan teknologi AI.

“Wah, kalau sastra pasti belum. Untuk urusan kreatif pasti sulit menggunakan regulasi. Bisa polemik itu,” ucapnya.

Gunakan AI Bisa Terjadi Plagiarisme

Menjawab pertanyaan apakah bila menggunakan teknologi AI dalam proses kreatif menulis-kalau tak ada kejujuran idealisme-bisa terjadi plagiarisme dalam sebuah karya sastra yang tak bermutu ?

“Saya mau jawab serius.Namun, harus buka UU Hak Cipta dan UU ITE. Soal plagiarisme di UU HAK CIPTA dan UU ITE sudah diatur. Saya kira plagiarisme dengan AI sudah termasuk yang diatur di dalam kedua UU tsb,” jawab Ahmadun Yosi Herfanda.

“Meskipun tidak secara eksplisit menyebut teknologi AI. Saya harus baca lagi kedua UU itu. Maaf belum bisa jawab panjang lebar. Yang terpenting dari itu semua adalah kejujuran dan idealisme pengarang, baik penyair, cerpenis, maupun esais,” pesannya.

Diatur atau diberi pedoman macam apa pun, kalau pengarangnya memang tidak jujur dan tak punya idealisme, pedoman itu akan dilanggar begitu saja.

“Dalam hal kejujuran, plagiat itu kan mirip korupsi. Sudah ada UU, sudah ada KPK, sudah ada sanksi yang berat, korupsi masih saja terjadi.Yang korupsi bahkan termasuk sebagian penegak hukum sendiri. Bahkan juga orang-orang yang tampaknya agamanya baik. Integritas moral bangsa kita memang cenderung rendah,” kata mantan Redaktur Sastra Harian Umum Republika ini.

“Bagitu juga saya kira kalangan sebagian pengarang, dan penyair integritas moralnya cenderung rendah. Banyak kasus yang membuktikan kecenderungan itu. Apalagi AI sekarang makin cerdas. Saya tadi malam iseng-iseng bikin puisi dengan aplikasi NOVA dan GEMINI. Bagus-bagus jadinya. Penyair pemula aja kalah bagus,” katanya lagi.