Menurutnya kelebihan AI antara lain cepat mendeteksi serta menjawab pertanyaan yang kita kehendaki.
“Dalam hitungan detik teknologi AI akan merekam dan menjabarkan kemungkinan yang tak terbayangkan di otak kita.,” katanya.
“Penyair itu tergolong manusia kreatif. Seyogyanya penyair memanfaatkan basic, pengalaman dan nalar. Teknologi bernama AI hanya tempelan-tempelan yang ada di permukaan. Kehadiran AI pun seperti ‘casing’, boleh dimanfaatkan, boleh juga tidak,” katanya lagi.
Penyair-menurut mata batin saya – idealnya beretika, tahu diri dan tidak mudah terjebak pada bahasa dan gaya yang ‘praktis’.
Penyair harus punya jiwa baja, dan tidak terkecoh dengan perkembangan teknologi.
” Idealisme adalah kata yang muncul kemudian seiring kemampuan kita dalam mengekplorasi kata-kata.Begitu pula untuk kritik sastra. Yang dibutuhkan seorang pengritik adalah referensi dari penulisan atas bahan yang dianggap benar, dan setidaknya memenuhi kriteria. Kritikus yang baik dan tulisan kritik yang bermutu tidak terjebak pada penggunaan AI,” kilah Penyair Nanang Ribut Supriyatin.
Menjawab pertanyaan tentang proses kreatif menulis karya sastra Gen Z yang cenderung mempergunakan teknologi kecerdasan buatan ini, dijawab bahwa tidak semua Gen-Z memanfaatkan AI.
“Masih banyak Gen-Z menulis sajak dengan baik. Mereka menulis sajak karena pengalaman membaca sajak-sajak yang dianggapnya baik. Dan, kehadiran AI hanya lintasan sejarah saja. Teknologi AI hadir sebagai referensi ‘palsu’ belaka. AI hadir, menurut saya, hanya sekadar hiburan.Mungkin banyak Gen-Z menjadi Ghost Writer. Ini artinya masih banyak orang memanfaatkan Ghost Writer dengan alasan malas membaca dan berpikir. Untuk proses seperti ini, maka tidak akan tumbuh dan berkembang proses kreatif kaum Gen-Z dimaksud. Mereka memprioritaskan kebutuhan AI ketimbang kemampuan berpikir,” ucapnya.
Ditambahkannya teknologi AI tidak akan pernah mengancam dunia literasi sastra,apalagi bagi orang-orang kreatif.
“Tugas sastrawan harus terus mengedukasi kepada generasi yang masih ‘awam’, dan memberi pandangan tentang teknologi yang sering mengecohkan mata batin kita,” pungkasnya.
Sekedar informasi tambahan, teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia seperti memecahkan masalah, mengenali gambar, dan membuat prediksi.Bahkan AI mampu meniru kemampuan intelektual manusia.
Konsep besar AI dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan termasuk Alan Turing, John Mc.Carthy mengembangkan bahasa pemrograman AI pertama.AI di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 2010.(Lasman Simanjuntak)