JAKARTA– Penyair perempuan ‘merah putih” Emi Suy ikut tampil pada parade baca puisi dalam rangka peringatan hari RA.Kartini, di Plaza Museum Fatahillah, kawasan destinasi wisata Kota Tua , Jakarta Barat, pada Jumat sore (18/4/2025) yang diselenggarakan oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI).
Tampil baca satu puisi dengan nada suara memukau, membahana dan ‘performance’ yang menggambarkan perjuangan emansipasi kaum perempuan di Indonesia sesuai dengan cita-cita RA.Kartini.
Emi Suy hadir langsung baca puisi dihadapan ribuan penonton yang memadati plaza museum peninggalan pemerintahan kolonial Hindia Belanda ini.
“Dalam baca puisi saya telah tampil dengan maksimal dan tenru saja yang terbaik dihadapan penonton yang terdiri dari masyarakat umum di ruang publik terbuka kawasan wisata Kota Tua ini,” ujar Emi Suy di Jakarta, Senin pagi (21/4/2025) ketika ditanya kesannya usai pentas panggung seni bersama 19 penyair perempuan ‘merah putih’.
Emi Suy atau Emi Suyanti (lahir 2 Februari
1979) adalah sastrawati berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa fotografi dan puisi yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar dan terhimpun di beberapa antologi puisi.
Nama dan proses kreatifnya dibukukan dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia terbitan Yayasan Hari Puisi, 2017.
Emi tercatat sebagai salah satu penyair yang tergabung dalam Komunitas Negeri Poci tang dirintis sejak 1993. Bukunya yang telah diterbitkan antara lain Tirakat Padam Api (2011), Alarm Sunyi (2017), dan Ayat Sunyi (2018).[1][2][3] .
Pada tahun 2020, komponis Ananda Sukarlan membuat musik dari beberapa puisi Emi dan diperdanakan oleh penyanyi tenor Nikodemus Lukas.
Baca Puisi Di Ruang Publik Terbuka
Di ruang publik terbuka plaza Museum Fatahillah-kawasan destinasi wisata Kota Tua Jakarta Barat- ribuan pengunjung dan masyarakat umum lainnya dibuat terkesima dan antusias menonton penampilan baca puisi panggung perjuangan penyair perempuan ‘merah putih’ dalam rangka memperingati hari RA.Kartini.
Bahkan diantara deretan langskap gedung-gedung tua-dibangun pada zaman kolonial Hindia Belanda- suara bergetar, syahdu, membahana,menghentak-hentak, dan nyaris menjerit histeris.
Saat puisi dikumandangkan -sekitar oleh 19 penyair perempuan Indonesia tersebut- seperti ingin memecah langit terbuka pada Jumat sore itu (18/4/2025) yang sempat mencurahkan hujan rintik-rintik sejuk, tetapi suasana makin bertambah hangat.
Acara sastra baca puisi di ruang publik terbuka kawasan wisata Kota Tua, Jakarta Barat -yang telah ditonton langsung ribuan pengunjung dan penonton ini -seperti ingin membuktikan bahwa pentas kesenian baca puisi juga bisa diterima masyarakat umum, di.luar penonton masyarakat sastra seperti yang sering dilakukan pada setiap pertunjukan kesenian di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat.