Penyair Membaca 80 Tahun Indonesia Merdeka Bersama TISI, Isbedy Stiawan ZS : Republik Puitik , Soal Menjaga Kedaulatan Estetika

Avatar photo

“Selain itu secara harfiah Repiblik Puitik berarti negara yang puitis atau republik yang indah secara bahasa dan penuh imaji.Republik Puitik, demikian saya kutip pemaparan Ketua TISI Octavianus Masheka juga bisa menggambarkan gaya kepemimpinan yang menggunakan bahasa yang indah, kiasan, dan imaji untuk menyampaikan pesan kepada rakyat.Gaya ini bisa menciptakab suasana yang lebih emosional dan meyakinkan,” kata penyair dari Tanjungkarang, Lampung, yang tahun 2025 ini telah menerbitkan tiga buku kumpulan puisi berjudul Elegi Galian Tambang, Satu Ciuman, Dua Pelukan, serta Menunggu Tiba.

Puisi Sebagai Pembentuk Imajinasi Bangsa

Sementara dalam epilog berjudul “Peran Puisi dan Penyair Dalam Kemerdekaan Indonesia” , Sofyan RH Zaid, mengatakan bahwa Benedict Anderson, sejarahwan dan pakar politik dunia menegaskan bahwa negara-negara pada awalnya adalah komunitas yang dibayangkan.

Komunitas dalam.konteks biologi merupakan gabungan dan individu yang sejenis.

Menurut Benedict, puisi bersama teks-teks lain melalui percetakan adalah sarana utama untuk mendukung dan mendorong ‘bayangan’ tersebut mewujud.

Bahkan, walau semua anggotanya tidak saling kenal atau bertemu, sebab yang terpenting mereka memiliki imajinasi yang sama.

“Dengan demikian, puisi apapun pengertiannya memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan suatu negara bangsa, termasuk Indonesia.Mula-mula puisi berperan sebagai pembentuk imajinasi kebangsaan.Puisi yang mengusung bayangan akan tanah air baru yang masyarakatnya bebas dari penjajahan dan perbudakan,” jelas penyair kelahiran Sumenep 8 Januari 1986 yang merupakan alumnus Filsafat Agama, Universitas Paramadina Jakarta ini.

Puisi juga berperan sebagai senjata simbolik yang terlibat dalam perjuangan, walau secara tidak langsung.Kata-kata yang menjadi “peluru” yang melengkapi perjuangan bersenjata baik berupa kritik, propaganda, atau pembangkit spirit perjuangan.Kita tahu perjuangan kemerdekaan tidak hanya dilakukan perang gerilya, namun juga perang ‘kata’ yang menjadikan puisi sebagai senjata simbolik untuk.melawan penjajahan.

Buku Republik Puitik sendiri merupakan antologi monumental yang diberi subjudul 80+ Penyair Membaca 80 Tahun Indonesia Merdeka. Karya ini bukan sekadar kumpulan puisi, melainkan refleksi perjalanan panjang bangsa dalam lensa estetik para penyair.

Keindahan Bahasa

Penyair Nanang Ribut Supriyatin sebagai Editor sekaligus Moderator peluncuran (launching) buku antologi puisi 80+ REPUBLIK PUITIK “Penyair Membaca 80 Tahun Indonesia Merdeka” mengatakan puitik dapat digambarkan sebagai sifat keindahan bahasa serta bagaimana seseorang mengekspresikan melalui bentuk puisi.