Jakarta, SPN – Jakarta, kota metropolitan yang dihuni sekitar 30 juta penduduk, terus menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks. Banjir, kemacetan, polusi udara, serta krisis air bersih menjadi masalah yang kerap terjadi. Selain itu, ancaman penurunan permukaan tanah akibat penggunaan air tanah yang berlebihan semakin mengkhawatirkan, memicu isu bahwa Jakarta berpotensi tenggelam dalam beberapa dekade ke depan.
Pengambilan air tanah secara masif menyebabkan penurunan permukaan tanah hingga 15 sentimeter per tahun, dengan sekitar 40 persen wilayah Jakarta kini berada di bawah permukaan laut. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta dan instansi terkait tengah gencar melakukan sosialisasi untuk menghentikan penggunaan air tanah, terutama di gedung-gedung pencakar langit serta kawasan pemukiman yang berlokasi dekat dengan permukaan laut.
Sebagai alternatif, penggunaan air perpipaan menjadi solusi utama yang tengah dikembangkan. Kementerian PUPR saat ini tengah membangun jaringan Sambungan Air Minum dari Waduk Jatiluhur ke wilayah Jabodetabek dengan biaya yang cukup besar. Diharapkan, proyek ini dapat menyediakan pasokan air bersih yang layak konsumsi dan sehat bagi masyarakat, sehingga ketergantungan terhadap air tanah dapat dikurangi secara signifikan.
Dengan langkah ini, pemerintah berharap dapat menekan laju penurunan permukaan tanah dan menjaga keberlanjutan lingkungan Jakarta di masa depan.