” Ini adalah pertama kalinya Freya memenangkan kejuaraan sebagai penyanyi solo. Sebelumnya ia selalu mengikuti kompetisi sebagai bagian dari paduan suara,” kilahnya.
Sementara Veeshan Nathaniel Tandino (13 tahun) belajar biola di Sumatra Conservatoire, Medan, dan peserta termuda yang lolos audisi untuk menjadi anggota G20 Orchestra tahun 2022.Namun, Ananda Sukarlan sebagai direktur artistik belum bisa mengajaknya bergabung karena pengalaman orkesnya yang masih sangat kurang.
Kini murid dari Lidya Evania Lukito (Master of Music dari Rostov State Conservatory di Rusia, dan anggota G20 Orchestra) serta Maulida Nur Isnaini ini telah membuktikan prestasinya sebagai pemain solo, memainkan antara lain “Fantasy on Tapanuli Folksongs” yang sangat virtuosik dan sering dijadikan repertoire untuk berbagai kompetisi biola internasional.
Tentu saja sang komponis Ananda Sukarlan dengan senang hati mengiringinya di piano di konser ini.
Sedangkan dua pianis muda juga tampil memukau, ditunjang oleh grand piano Yamaha yang membahana dan megah. Baik Michael Anthony ( tunanetra dan autis) serta Samuel Dazhill membawakan Rapsodia Nusantara yang secara teknis sangat menantang .
Michael membawakan no. 7 (berdasarkan lagu-lagu tradisi Papua “Yamko Rambe Yamko” dan “Apuse”) sedangkan Samuel Dazhill membawakan no. 8 (berdasarkan lagu Manado, “O Inani Keke”).
Samuel juga menunjukkan kedalaman musikalitas dan kekayaan warna pianistiknya di karya Ananda berjudul “Good Morning, Night”. Semua musikus tampil prima, juga secara visual dengan kostum dari Alleira Batik.
“Gen Alpha of Classical Music” juga merayakan Tahun Baru Cina (Imlek) yang jatuh seminggu setelahnya, 29 Januari.
MUSIKUS MUDA SEMAKIN FOKUS
Sedangkan.Komponis & Pianis Ananda Sukarlan sendiri memainkan Rapsodia Nusantara no. 36 berdasarkan lagu Banten “Dayung Sampan” kemudian diganti liriknya oleh penyanyi Teresa Teng yang membuatnya terkenal di dunia sebagai “Tian Mi Mi”.
Juga, Freya Murti Pramudita mempersembahkan puisi Tan Lioe Ie “Malam Cahaya Lampion”.
Kalau tahun 2024 musik klasik Indonesia digemparkan oleh kompetisi Piano Nusantara Plus (KPN+) yang memecahkan rekor dengan 477 peserta dari berbagai instrumen dan vokal klasik, tahun 2025 kembali akan menyaksikan para pemusik terbaik tanah air berkompetisi di Ananda Sukarlan Award (ASA).
Mungkin jumlah peserta ASA tidak akan sebanyak KPN+ karena memang syarat keikutsertaan ASA yang cukup sulit dan ketat untuk menyaring peserta yang memang sudah berkemampuan bermusik cukup tinggi, tapi ASA akan terus menjadi barometer kualitas musikus klasik Indonesia sejak 2008.