Pedih. Kuciwa. Tiada kata yang tepat kecuali kuciwa, menyimak hasil tanding sepakbola Piala Dunia 2026 . Melihat melalui layar kaca laga Australia lawan Indonesia di Sydney, kita terperangah seperti tidak percaya tapi nyata. Timnas Indonesia dibantai 1 – 5 oleh tuan rumah the socceroos Australia.
Permainan Indonesia yang menggunakan pola 4 – 3 – 3 berangtakan. Pemain ibarat tim musik orkestra bermain jam season bukan simponi yang dipimpin dirigen. Mereka bertanding sesuai karakter pribadi masing-masing.
Disini ketahuan jika pelatih Patrick Kluivert asal Belanda itu bukan peracik strategi. Barangkali klasifikasinya pelatih tehnik bermain belum Pelatih kepala. Diluaran komentar pengamat yang selalu nyinyir kepada STY tidak atau belum terdengar atas kegagalan ini. Erick Tohir Ketum PSSI sehabis laga juga masih bungkam.
Semakin Tipis Harapan
Hadiah pinalti menit ke – 7awal pertandingan gagal dieksekusi Kevin Dick menjadi pembuka jalan malapetaka. Pemain secara tehnis permainan skill individu tidak kalah. Namun timnas Indonesia seperti bermain tanpa arahan strategi yang jelas. Pola 4 – 3 – 3, mestinya pemain belakang menjadi penjaga pagar hidup, ini malah berfungsi jadi gelandang serang.
Akibatnya belakang sering kosong dan gampang diserang lawan. Sementara timnas Australia bermain disiplin, pola 3 – 4 – 3 taktik bertahan menyerang sangat efektif. Ditekuk Australia 5 – 1, gambaran mimpi berlaga di Piala Dunia semakin tipis.
Modal dilaga awal bertanding imbang 1 – 1 lawan Australia, harapan meraup nilai dilaga pamunkas bisa tinggal impian. Lawan Bahrain di GBK 25 Maret jadi tanda tanya masihkah dapat untuk menggantungkan harapan. Saingan terdekat Arab Saudi dan China yang sama-sama baru main 6 kali dan masing-masing punya nilai 6.
*Penulis adalah seorang wartawan olahraga senior yang telah mengabdikan dirinya selama puluhan tahun di dunia jurnalistik. Dikenal karena keakuratan dan analisis tajamnya, Penulis selalu memberikan liputan mendalam tentang berbagai cabang olahraga, mulai dari sepak bola hingga bulu tangkis.