Menurut Tulus dilihat dari sisi kebijakan tarif listrik, sejatinya pembatalan itu bisa dimengerti. Tersebab sejatinya pelanggan listrik untuk golongan 450 VA dan mayoritas golongan 900 VA sejak 2003, sudah mendapatkan “diskon” yg signifikan dari negara, yakni berupa subsidi listrik yang sangat dominan. Ingat, untuk seluruh pelanggan PLN 450 VA rupiah yang dibayarkan per bulannya jauh lebih kecil daripada komponen subsidi dalam tagihan tsb.
“Diskon 50 persen tarif listrik dengan tujuan untuk stimulus ekonomi, di lapangan malah tidak tercapai. Alih alih uang diskon itu malah dibelikan rokok. Ingat lho ya, di kalangan rumah tangga miskin alokasi anggaran utk beli rokok sangat tinggi, yakni rerata 10-11 persen dari total pengeluarannya, per bulan. Kata Tulus.