Dengan niat baik sejak awal, saya dan Kakak Fanny mengapresiasi agenda TISI yang selalu peduli terhadap kebutuhan anak-anak.
Kami menyampaikan terima masih atas kesempatan terlibat dalam proses panjang ini kepada M. Oktavianus Masheka (pendiri TISI), Erni Endra Tujiniah (sebagai penanggung jawab program), dan Admin juga panitia yang tidak dapat kami sebut secara terperinci.
Semoga langkah kecil ini akan menyusun langkah besar menuju hari depan yang benderang. Kepada anak-anak pembaca, lahaplah cerita yang mungkin melampaui usia kalian.
“Orang-orang sukses kebanyakan mengasah kemampuan dengan membaca cerita di atas bacaan teman sebayanya.
Salam hangat untuk semua ” pungkasnya.
Makin Kuatir Pada Gadget
Sementara itu dalam diskusi buku Cerita Anak Indonesia yang bertemakan “Mati Surinya Empati Terhadap Cerita Anak” Fanny Jonathan Poyk-selaku nara sumber- menyatakan keprihatinannya pada penggunaan gadget pada anak-anak sekarang ini.
“Saya kok semakin kuatir pada anak-anak yang makin gandrung bermain gadget atau handphone android.Itu telah merusak otak anak-anak.Lihat saja anak-anak sekarang tidak ada rasa empati pada lingkungan sosial atau kepada orangtua,” ucapnya cerpenis dan penyair perempuan Indonesia ini.
Menurut Fanny-belakangan ini juga sering pameran karya lukisnya- sedih sekarang cucu umur setahun sudah “keranjingan” nonton di handphone android.
” Saya takut nanti anak-anak ini akan tercemari di media sosial.Saya perhatikan juga anak-anak sekarang.gampang marah dengan kata-kata jorok dan tak pantas.Nah, di sinilah anak-anak.perlu kembali.membaca sebuah bacaan yang baik dan bisa menumbuhkan karakter yang baik pula untuk anak-anak ” pesannya.
Khusus tentang buku kumpulan cerpen Cerita Anak Indonesia, Fanny Jonathan Poyk-juga dikenal sebagai seorang jurnalis senior- mengatakan sebagai kurator buku tersebut ia menyoroti tantangan utama dalam proses seleksi naskah yaitu kecenderungan penulis menggunakan bahasa dan perspektif orang dewasa dalam cerita anak-anak.
“Akibatnya banyak cerita yang lebih mencerminkan sudut pandang penulis daripada persoalan anak-anak itu sendiri,” pungkasnya.(Lasman)