Cerita Anak, Kurnia Effendi : Asupan Gizi Benak Sejak Dini

Avatar photo

Oleh karena itu saya pribadi gembira menyambut semangat para penulis yang menyampaikan kisah dengan muatan pendidikan dan moral meskipun belum tepat. Kami harus maklum mengingat program ini tidak diawali dengan pelatihan atau lokakarya (workshop).

Dari pengalaman membaca dan menulis, juga mendengar berbagai saran psikolog atau pak dan ibu guru yang kebetulan mengampu pendidikan dasar; dapat “dirumuskan” kurang lebih sebagai berikut.

Anak-anak masih suka bermain dengan rasa ingin tahu tinggi, bahkan kadang-kadang berani melakukan tindakan yang mengandung risiko tanpa pembekalan.

Anak-anak tidak tahan membaca lebih dari sepuluh menit dengan perhatian yang sama. Tidak semua anak memahami metafora, simbolisme, diksi abstrak (kata “nakal” menurut saya tidak konkret karena definisi dan tafsirnya bermacam-macam).

“Anak-anak akan bingung dan tidak paham bila disuguhi problem orang dewasa. Dan seterusnya.
Kembali lagi, saya sangat menghargai tulisan yang datang menghampiri redaksi. Mengingat tugas kami ada dua, kurasi dan penyuntingan, maka satu unsur ditoleransi. Pemilihan atau seleksi naskah dilonggarkan, kami mengutamakan niat dan semangat para penulis untuk memberikan sumbangsih bagi anak-anak,” kilah Kurnia Effendi, lebih dikenal sebagai seorang cerpenis handal.

Konsekuensinya adalah kami bekerja keras dalam penyuntingan. Naskah yang panjang kami ringkas tanpa mengurangi materi. Para penyair yang berupaya menulis prosa untuk anak-anak mengalami gegar kalimat sehingga kami memperbaiki baik struktur maupun tata cara menulis yang benar.

Istilah-istilah asing dikurangi, tetapi mempertahankan dialek kedaerahan—demi keinginan mendapatkan keberagaman bahasa/budaya.

Kami berdua juga tidak sesempurna yang diandalkan oleh penggagas dan pengelola komunitas TISI. Pengalaman panjang dalam dunia penulisan saja yang membuat kami berani menangani pekerjaan “sulit” ini. Kita (kami dan kalian) adalah orang-orang dewasa yang sedang menghibur dan memberi “wejangan” kepada anak-anak pembaca melalui cerita.

Perbedaan Usia

Banyak hal yang luput karena perbedaan usia yang jauh, juga agaknya sudah lupa dengan kebutuhan kita di masa kecil dahulu. Tidak mengapa.

“Mari kita jadikan buku ini sebagai pembelajaran bersama. Toh, dalam penggolongan sederhana, yang disebut anak-anak dimulai dari balita hingga 15 tahun (kelas 9 atau SMP) ” pesannya.

Kisah Lima Sekawan karya Enid Blyton yang tersohor ke seluruh dunia adalah bacaan bagi anak-anak kelas empat SD hingga masa awal remaja di SMP.

Pengantar yang baik menuju bacaan fiksi dewasa.