PADANG– Sekitar 170 penyair dunia-termasuk Indonesia- yang mewakili semua wilayah geografi budaya dan spiritual planet ini.
Pada Sabtu (28/6/2025) Minggu (29/6/2025) akan berkumpul untuk memberikan penghormatan kepada perlawanan hidup di Gaza.
Sekitar 60.000 laki-laki, perempuan, dan anak-anak telah dibunuh oleh zionisme selama dua puluh bulan terakhir ini.
Penyair dari 24 negara di Afrika, 27 negara di Amerika, 25 negara di Eropa, 31 negara di Asia, dan tiga negara di Oseania akan ambil bagian dalam acara puisi yang paling kuat dan simbolis di zaman sekarang.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh World Poetry Movement (WPM) secara live melalui online WPM Facebook dan Chanel YouTube WPM selama dua hari berturut-turut.
Pada kesempatan itu Menteri Kebudayaan Palestina, Imad Hamdan, dan Menteri Kebudayaan Yaman, Dr. Ali Qaseem Al-Yafei ikut memberi sambutan yang diikuti laporan
presiden WPM, Fernando Rendon yang akan menyampaikan
misi WPM tentang Cinta untuk Gaza .
Beberapa nama penyair terkenal di negaranya, yang sudah akrab di Indonesia ikut membaca puisi antara lain Murad Sudani, Ashraf Fayad (Palestina), Hanan Awwad (Palestina), Achour Fenni (Algeria), Ahmed Zaabar (Túnezia) Aminur Rahman ( Bangladesh) , Reshma Ramesh (India), Abdul Hadi Abdul Sadoun (Irak), Jua Chun (Jepang), Keshab Sigdel (Nepal), Imdad Akash (Pakistán), Võ Thi Nhu Mai (Vietnam), Xie Xiongying (Repúblil Popular China), Christine Chen ( New Zealand) , Neshe Yashin ( Chiprus) Vadim Terekhim ( Rusia), Alexandra Nicod (Switzerland) ), Fernando Rendón (President WPM, Colombia) dan masih banyak lagi.
Indonesia mengirimkan 4 penyair terkemuka untuk ikut menyuarakan hati nurani dan kepeduliannya.
Mereka adalah Anwar Putra Bayu, Isbedy Stiawan ZS, Nuyang Jaimee dan Sastri Bakry yang juga terpilih sebagai Koordinator Nasional World Poetry Movement (WPM) untuk Indonesia.
Menulis dan membaca puisi tidak akan cukup untuk mengakhiri perang di Gaza dan mencegah pembantaian, tetapi akan menjadi bagian dari jalinan revolusi puisi global untuk mengguncang semangat kita yang bingung dan penuh ketakutan.
Puisi mendorong mengembalikannya ke jalur yang benar, mengetuk hati agar berjalan dengan mantap menuju realisasi penuh perdamaian di bumi, dalam kesatuan yang mendalam, kembali ke tujuan dasar yang dilupakan oleh kemanusiaan.
Karena itu para penyair yang terbiasa bicara dan menulis dengan hati nuraninya, membela yang tertindas dan melawan ketidakadilan dan kezaliman serta menyuarakan perdamaian akan sering berjuang untuk menyuarakannya.