Ambon, SPN – Perjuangan seorang ibu hamil yang sedang sakit untuk mendapatkan pengobatan di fasilitas kesehatan berakhir tragis. Mey Rumahsol (22), warga Desa Watui, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, mengalami keguguran setelah menempuh perjalanan panjang selama 7 jam pada Minggu (16/3/2025).
Kondisi medan yang sulit, meliputi pegunungan terjal, jalan berlumpur dan rusak, serta penyeberangan sungai menggunakan rakit, menjadi tantangan besar bagi Mey dan warga yang membantunya. Meski telah berupaya keras untuk mencapai fasilitas kesehatan, janin yang dikandungnya tidak tertolong. Mey akhirnya kehilangan bayinya dalam perjalanan menuju Puskesmas Elpaputih.
Kabar pilu ini disampaikan oleh Ejon Sabandar, warga Elpaputih, melalui telepon, Selasa (18/3/2025). Ejon menjelaskan bahwa kondisi medan yang berat dan lamanya perjalanan membuat Mey, yang saat itu tengah mengandung lima bulan, tidak dapat bertahan.
“Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, nyawa calon bayinya tidak bisa diselamatkan. Saat ini, Mey sedang dirawat di Puskesmas Elpaputih, dan kondisinya mulai stabil,” ungkap Ejon.
Ejon berharap agar tragedi yang dialami Mey tidak terulang pada warga lainnya. Menurutnya, akses jalan yang buruk dan minimnya infrastruktur transportasi di daerah terpencil seperti Desa Watui menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Pemerintah harus memperhatikan sarana transportasi berupa jalan yang layak bagi masyarakat di daerah terpencil. Kami hanya meminta perhatian serius dari pemerintah untuk membuka isolasi daerah-daerah di kawasan pegunungan,” tegasnya.
Sebelumnya, kisah perjuangan Mey viral setelah video evakuasi dirinya tersebar di media sosial. Dalam video tersebut, tampak Mey ditutupi kain sarung dan ditandu melewati jalur pegunungan serta berjalan di atas lumpur.
Keluarga dan warga bergantian membawa tandu untuk mengevakuasi Mey ke rumah bidan di Desa Tala, Kecamatan Elpaputih, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari desanya. Mereka juga harus menyeberangi sungai dengan rakit karena tidak ada jembatan penyeberangan.
Kejadian ini menyoroti pentingnya pembangunan infrastruktur dasar di daerah terpencil guna memastikan akses kesehatan bagi semua masyarakat, terutama ibu hamil yang rentan terhadap risiko kesehatan.